Sabtu, 05 Desember 2015

LOMBA MENULIS CERPEN BERTEMA ‘RAHASIA HATI’
Naficha Nadif & Kekata Publisher
Assalammu’alaikum wr. wb.
Hai semuanya... Yuk, ikutan event menulis cerpen bertema “Rahasia Hati”!
Kalian pasti pernah kan memendam sebuah hal yang ingin kalian sembunyikan sendiri. Entah itu masalah perasaan, cinta, malu, kesedihan, rindu dan lainnya. Ketika sebuah rahasia itu memenuhi hati sehingga kita tak mampu lagi untuk membendungnya, maka mungkin kita akan mencari cara yang tepat agar hati bisa terbebas dari rahasia yang kian menyeruak itu. Bisa saja curahan hati itu kita tuliskan pada buku diary, melalui teman curhat, atau apa pun itu sehingga kita merasa lebih tenang dan bebas. Nah, kini saatnya kalian tuliskan ungkapan hati dan imajinasi kalian dalam bentuk cerpen bertema “Rahasia Hati”.
Cek syarat dan ketentuannya, ya.
1.      Ketentuan Umum
·         Lomba terbuka untuk umum (tidak dibatasi usia)
·         GRATIS
·         Berteman dengan akun facebook Naficha Nadif dan Kekata publisher
·         Bergabung dengan grup KUMPULAN LOMBA MENULIS
·         Membagikan postingan event ini ke minimal 20 teman facebook
·         Deadline tanggal 20 Desember 2015, pukul 24.00
2.      Ketentuan Naskah
·         Naskah cerpen bisa berupa fiksi maupun nonfiksi
·         Tema cerpen “Rahasia Hati”, genre bebas.
·         Naskah tidak menyinggung SARA, no plagiat, no pornografi, tidak bersifat merusak, menyimpang dan menyesatkan pembaca, asli karya penulis, tidak sedang diikutsertakan dalam lomba dan belum pernah dipublikasikan di media manapun.
·         Naskah cerpen diketik rapi dalam Ms. Office Word 2003/2007, kertas A4, margin normal, Times New Roman 12, spasi 1,5 pt, justify.
·         Panjang naskah cerpen antara 3-5 halaman A4 dan disertai biodata narasi 50 kata dengan mencantumkan akun Facebook. (Biodata narasi diletakkan di halaman terpisah). Boleh disertai foto diri.
3.      Format Naskah
·         Judul cerpen
·         Nama penulis
·         Isi cerpen
·         Biodata penulis
4.      Penilaian naskah :
·         Nilai inspiratif
·         Sesuai prosedur
·         Ketepatan Eyd
·         Kreatifitas pada naskah/memiliki unsur pembaruan
5.      Pengiriman naskah
·         Naskah dikirim ke e-mail difficnianinsyafiah@gmail.com berupa attachment/lampiran
·         Subjek dan nama file ditulis : RH_Judul naskah_Nama penulis
6.      Catatan
·         Kontributor wajib membeli bukunya
·         Update naskah dilakukan setiap seminggu sekali di wall grup Kumpulan Lomba Menulis
·         Peserta boleh mengirimkan maksimal 2 naskah cerpen terbaiknya
·         Naskah yang tidak memenuhi syarat (nama file dan subjek email salah) tidak akan di-update.
·         Pengumuman naskah terpilih beserta juara 1 dan 2 akan diumumkan 10 hari setelah pengiriman naskah ditutup.
·         Naskah yang masuk akan mendapatkan balasan dan e-book khusus dari PJ sebagai bentuk apresiasi
·         Apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau lain sebagainya silakan inbox FB Naficha Nadif.
7.      Reward :
·         JUARA I: E-Piagam + Buku Terbit + Voucher Penerbitan Gratis + Kumpulan Cerpen “Patung yang Berdoa” karya Komunitas Senjanara + Kumpulan Puisi “Eufoni Jiwa” karya Rey
·         JUARA II: E-Piagam + Buku Terbit + Voucher Penerbitan Gratis + Novel “Aku dan Air Mata” karya Aminullah Al-Farisi + Buku “11 Jurus Rahasia Menjadi Juara” karya Syahrul
·         50 KARYA TERBAIK akan diterbitkan menjadi Antologi Cerpen dan mendapatakan E-Piagam

·         Diskon pembelian buku bagi seluruh peserta dan kontributor

Selasa, 17 November 2015

Event Menulis Cerpen Bertema "Adventure"

EVENT MENULIS CERPEN BERTEMA "ADVENTURE"

Assalamu’alaikum wr. wb.
Halo teman-teman... Kali ini saya sebagai PJ event bekerjasama dengan Penerbit Zukzez Express akan mengadakan event menulis cerpen bertema "Adventure". Pasti kalian sudah tahu kan apa itu adventure? Yup, adventure adalah kisah-kisah petualangan. Nah, punya ide untuk menulis cerpen adventure? Yuk, goreskan penamu agar kamu lebih tertantang dengan tema yang satu ini.
Langsung aja simak syarat dan ketentuannya, ya.
1. Lomba terbuka untuk umum, tidak dibatasi usia.
2. Berteman dengan akun fb Naficha Nadif selaku PJ event. Ini bertujuan agar memudahkan peserta dalam mendapatkan informasi seputar event ini.
3. Update peserta di wall fb Naficha Nadif
4. Membagikan info lomba ini ke sebanyak-banyaknya teman fb kamu yang aktif di dunia kepenulisan. Hal ini bertujuan agar semakin banyak peserta yang ikut berpartisipasi. Dengan begitu, kamu akan lebih tertantang untuk menulis naskah terbaikmu. Peserta dengan tag terbanyak akan mendapatkan hadiah dari PJ dan jangan lupa tag juga akun fb PJ event
5. Genre cerpen bebas.
6. Perhatikan EyD dan typo
7. Naskah tidak menyinggung SARA (Suku Agama Ras Antar golongan), no plagiat, no pornografi, tidak bersifat merusak, menyimpang dan menyesatkan pembaca, asli karya penulis, tidak sedang diikutsertakan dalam lomba dan belum pernah dipublikasikan di media manapun.
8. Naskah cerpen diketik rapi dalam Ms. Office Word 2003/2007, kertas A4, margin normal, Times New Roman 12, spasi 1,5 pt, justify.
9. Panjang naskah cerpen antara 3-5 halaman A4 dan disertai biodata narasi 50 kata dengan mencantumkan akun facebook. (Biodata narasi diletakkan di halaman terpisah).
10. Naskah dikirim ke e-mail difficnianinsyafiah@gmail.com berupa attachment/lampiran
11. Subjek dan nama file ditulis : Judul naskah_Nama penulis
12. Format naskah
Judul cerpen
Nama penulis
Isi cerpen
Biodata penulis
13. Deadline 10 Desember 2015
14. Update naskah dilakukan setiap seminggu sekali.
15. Peserta boleh mengirimkan maksimal 2 naskah cerpen terbaiknya.
16. Reward
-Juara 1 dan 2 berhak mendapatkan 1 buku terbit dan sertifikat cetak jika membeli bukunya.
-Seluruh kontributor akan mendapatkan e-sertifikat.
Catatan:
Naskah yang tidak memenuhi syarat (nama file dan subjek email salah) tidak akan di-update.
Pengumuman naskah terpilih beserta juara 1 dan 2 akan diumumkan 1-2 minggu setelah pengiriman naskah ditutup.
Apabila ada hal-hal yang kurang jelas atau lain sebagainya silakan inbox fb Naficha Nadif.

Rabu, 11 November 2015

cerpen penantian maya

Penantian Maya
Oleh : Diffic Nian Insyafiah
            Sungguh bodoh jika kau menjalani hari seperti yang kulakukan. Karena aku memang sudah gila. Ya, gila, suatu kata yang merupakan pelampiasanku. Gila adalah aku. Aku adalah gila. Mungkin kau membayangkan aku seperti orang gila pada umumnya. Orang yang bisa saja menjadi psikopat karena kegilaannya, Tidak. Au sama sekali tidak seperti yang kau duga. Aku justru diam. Dan terus diam. Kau bahkan bisa menghitung berapa banyak kata yang kukeluarkan dari mulutku selama dua tahun.
            Kau bisa saja berpendapat bagaimana diriku. Kau boleh menambahkan namaku dalam daftar kecerewetanmu. Tak apa. Bukankah semua orang bebas berpendapat? Ah, lupakanlah. Nikmatilah hidupmu sejenak. Lakukanlah apa yang bisa kau lakukan.
            Memang benar yang kulakukan itu salah. Tapi inilah duniaku. Dunia yang membuatku terasa nyaman ketika aku bicara bersamanya. Kau dan aku berbeda. Tapi kau selalu menganggapnya sama. Mungkin karena kita berasal dari darah yang sama. Tapi itu tak membuatku harus selalu menyamaimu kan?
            Kau pernah bilang, bahwa kita ditakdirkan untuk saling menjaga, bahwa kita saling membutuhkan, dan saling melengkapi. Tapi kuharap kau tak pernah mengacaukan ‘Acaraku’ lagi. Kau memang benar bahwa kita adalah manusia dan persamaan-persamaan yang terjalin di antara kita haruslah didasari dengan rasa saling mengerti.
            Tapi kau lupa, kau tak pernah mengerti apa yang kumau. Bahkan ketika hari terbaikku datang, kau membuat semuanya menjadi hancur.
            Aku tetap di sini. Di sini dalam arti duduk mematung dan menyendiri di tengah-tengah taman. Ketika sudah tepat waktunya, yaitu tengah malam, aku akan melakukan seperti biasanya. Aku berdiri, bukan untuk menuruti ajakanmu untuk pulang. Tetapi untuk mengambil teh dari dalam rumah dan menikmatinya di halaman rumah dengan beralas tikar kecil.
            Seperti sudah kusiapkan semua untuk ‘acaraku’ itu. Aku menikmati setiap seruputan teh yang membasahi kerongkonganku yang telah lama kering. Karena aku hanya bisa makan atau minum di saat yang seperti ini.
Cahaya rembulan membasuh tiap pori-pori kulitku. Kelembutan dari cahayanya membuat jiwaku merasa utuh. Kutatap bintang-bintag yang mengapung dalam langit malam. Kusenandungkan beberapa lagu buatanku sendiri untuk mereka. Mereka adalah para jangkrik yang mengerik, suara sekawanan katak, bunga-bunga, pepohonan, dedaunan, rembulan, bintang, dan suara-suara lain pengisi malam.
Tentu saja bukan itu yang menjadi tujuanku. Kau tahu, aku sedang menanti. Ya, menanti. Menanti dalam arti aku benar-benar menunggu seseorang yang amat istimewa bagiku.
Namun, yang kutunggu tak pernah tak pernah datang. Yang kutunggu sudah meninggal tiga tahun lalu, ialah Ibuku. Ibu tercinta. Aku selalu mencintainya, bahkan aku tak pernah bisa jauh darinya walau sedetik saja.
“Ibu akan selalu ada di sisimu, Maria. Ibu tak akan kemana-mana. Ibu tak akan pergi jauh.
Itulah kata-kata Ibu yang lembut selalu terngiang-ngiang di telingaku. Dan aku tak kan pernah lupa dari empat tahun yang lalu sampai sekarang.
Aku akan selalu menanti ibu datang untuk menemaniku setiap aku tidur seperti dulu. Tak pernah kupedulikan orang berkata apa. Karena aku yakin Ibuku tak pernah berbohong, tak kan pernah meninggalkanku atau menjauhiku. Aku tahu, Ibuku pasti punya urusan penting untuk sebentar saja. Aku yakin itu, Ibuku tidak akan meninggalkanku!
Walau beribu-ribu kali hari berganti, aku kan tetap di sini menunggu Ibuku datang. Aku sama sekali tak peduli pada hal lain. Yang kupedulikan hanyalah menanti. Karena aku sudah tak punya tujuan hidup lagi.
Kadang aku tak tahu apa dan siapa yang kunanti. Tapi yang jelas aku akan terus menanti beberapa orang yang pernah kurindukan walau mereka tak pernah datang. Itulah kenapa aku menyebut diriku ‘Sang Penanti’, yang kan selalu menanti.
*****


Biodata :
Diffic Nian Insyafiah, bisa dipanggil Fia.  Mempunya nama pena, yaitu Fiana Airy Kikisya. Aku lahir di Jombang pada tanggal 4 September 2000. Saat ini, aku sedang menuntut ilmu di sekolah SMP N 1 Tembelang, kelas 3. Menyukai kegiatan tulis menulis dan membaca buku, terutama novel fiksi sejak kecil. Namun, lebih mengembangkan kegiatan menulis saat berumur 14 tahun. Untuk akun sosial media, bisa dihubungi melalui facebook : Naficha Nadif, Twitter : @FianaAiry, dan untuk e-mail, kirim ke : difficnianinsyafiah@gmail.com


cerpen penantian

Penantian Maya
Oleh : Diffic Nian Insyafiah
            Sungguh bodoh jika kau menjalani hari seperti yang kulakukan. Karena aku memang sudah gila. Ya, gila, suatu kata yang merupakan pelampiasanku. Gila adalah aku. Aku adalah gila. Mungkin kau membayangkan aku seperti orang gila pada umumnya. Orang yang bisa saja menjadi psikopat karena kegilaannya, Tidak. Au sama sekali tidak seperti yang kau duga. Aku justru diam. Dan terus diam. Kau bahkan bisa menghitung berapa banyak kata yang kukeluarkan dari mulutku selama dua tahun.
            Kau bisa saja berpendapat bagaimana diriku. Kau boleh menambahkan namaku dalam daftar kecerewetanmu. Tak apa. Bukankah semua orang bebas berpendapat? Ah, lupakanlah. Nikmatilah hidupmu sejenak. Lakukanlah apa yang bisa kau lakukan.
            Memang benar yang kulakukan itu salah. Tapi inilah duniaku. Dunia yang membuatku terasa nyaman ketika aku bicara bersamanya. Kau dan aku berbeda. Tapi kau selalu menganggapnya sama. Mungkin karena kita berasal dari darah yang sama. Tapi itu tak membuatku harus selalu menyamaimu kan?
            Kau pernah bilang, bahwa kita ditakdirkan untuk saling menjaga, bahwa kita saling membutuhkan, dan saling melengkapi. Tapi kuharap kau tak pernah mengacaukan ‘Acaraku’ lagi. Kau memang benar bahwa kita adalah manusia dan persamaan-persamaan yang terjalin di antara kita haruslah didasari dengan rasa saling mengerti.
            Tapi kau lupa, kau tak pernah mengerti apa yang kumau. Bahkan ketika hari terbaikku datang, kau membuat semuanya menjadi hancur.
            Aku tetap di sini. Di sini dalam arti duduk mematung dan menyendiri di tengah-tengah taman. Ketika sudah tepat waktunya, yaitu tengah malam, aku akan melakukan seperti biasanya. Aku berdiri, bukan untuk menuruti ajakanmu untuk pulang. Tetapi untuk mengambil teh dari dalam rumah dan menikmatinya di halaman rumah dengan beralas tikar kecil.
            Seperti sudah kusiapkan semua untuk ‘acaraku’ itu. Aku menikmati setiap seruputan teh yang membasahi kerongkonganku yang telah lama kering. Karena aku hanya bisa makan atau minum di saat yang seperti ini.
Cahaya rembulan membasuh tiap pori-pori kulitku. Kelembutan dari cahayanya membuat jiwaku merasa utuh. Kutatap bintang-bintag yang mengapung dalam langit malam. Kusenandungkan beberapa lagu buatanku sendiri untuk mereka. Mereka adalah para jangkrik yang mengerik, suara sekawanan katak, bunga-bunga, pepohonan, dedaunan, rembulan, bintang, dan suara-suara lain pengisi malam.
Tentu saja bukan itu yang menjadi tujuanku. Kau tahu, aku sedang menanti. Ya, menanti. Menanti dalam arti aku benar-benar menunggu seseorang yang amat istimewa bagiku.
Namun, yang kutunggu tak pernah tak pernah datang. Yang kutunggu sudah meninggal tiga tahun lalu, ialah Ibuku. Ibu tercinta. Aku selalu mencintainya, bahkan aku tak pernah bisa jauh darinya walau sedetik saja.
“Ibu akan selalu ada di sisimu, Maria. Ibu tak akan kemana-mana. Ibu tak akan pergi jauh.
Itulah kata-kata Ibu yang lembut selalu terngiang-ngiang di telingaku. Dan aku tak kan pernah lupa dari empat tahun yang lalu sampai sekarang.
Aku akan selalu menanti ibu datang untuk menemaniku setiap aku tidur seperti dulu. Tak pernah kupedulikan orang berkata apa. Karena aku yakin Ibuku tak pernah berbohong, tak kan pernah meninggalkanku atau menjauhiku. Aku tahu, Ibuku pasti punya urusan penting untuk sebentar saja. Aku yakin itu, Ibuku tidak akan meninggalkanku!
Walau beribu-ribu kali hari berganti, aku kan tetap di sini menunggu Ibuku datang. Aku sama sekali tak peduli pada hal lain. Yang kupedulikan hanyalah menanti. Karena aku sudah tak punya tujuan hidup lagi.
Kadang aku tak tahu apa dan siapa yang kunanti. Tapi yang jelas aku akan terus menanti beberapa orang yang pernah kurindukan walau mereka tak pernah datang. Itulah kenapa aku menyebut diriku ‘Sang Penanti’, yang kan selalu menanti.
*****